Blue Snowflake

Rabu, 19 Oktober 2016

Ragam bahasa Indonesia



MAKALAH
BAHASA INDONESIA
RAGAM BAHASA INDONESIA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IV
A. MARWAH
DEWI SRIKANTI
WARDANIA
MUHAMMAD AKMAL






BIOLOGI
STKIP YAPIM MAROS
2016




KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul RAGAM BAHASA INDONESIA ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini mampu memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.










Makassar, 09 Oktober 2016
Penyusun





DAFTAR ISI


1.      DAFTAR ISI......................................................................................................1


2.      BAB I (PENDAHULUAN)
A.       LATAR BELAKANG....................................................................................2
B.       RUMUSAN MASALAH................................................................................2
C.       TUJUAN PENULISAN..................................................................................2
3.      BAB II (PEMBAHASAN)
A.       PENGERTIAN RAGAM BAHASA INDONESIA.......................................3
B.       RAGAM LISAN DAN RAGAM TULIS.......................................................3
C.       RAGAM BAKU DAN RAGAM TIDAK BAKU..........................................6
D.       RAGAM SOSIAL DAN RAGAM FUNGSIONAL......................................7
E.        BAHASA YANG BAIK DAN BENAR........................................................8
4.      BAB III (PENUTUP)
A.       SIMPULAN..................................................................................................10
B.       SARAN.........................................................................................................10
5.      DAFTAR PUSTAKA......................................................................................11











BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari. Bahkan di Indonesia sendiri masih ada beberapa bahasa daerah yang digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari. Namun jika semua orang menggunakan bahasa daerah masing-masing maka akan sangat sulit melakukan komunikasi. Sehingga bahasa Indonesia digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari.
Namun masih banyak orang yang menggunakan bahasa Indonesia tidak sesuai dengan aturan EYD yang ada. Sehingga masih banyak yang menggunakan bahasa Indonesia dengan kurang tepan baik dalam penulisan maupun lisan.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.         Jelaskan pengertian dari Ragam Bahasa Indonesia?
2.         Jelaskan perbedaan antara Ragam lisan dan Ragam tulis?
3.         Jelaskan perbedaan antara Ragam baku dan ragam tidak baku?
4.         Jelaskan perbedaan antara Ragam sosial dan ragam fungsional?
5.         Jelaskan arti dari Bahasa Indonesia yang baik dan benar?
C.     TUJUAN PENULISAN
1.         Menjelaskan pengertian dari Ragam Bahasa Indonesia?
2.         Menjelaskan perbedaan antara Ragam lisan dan Ragam tulis?
3.         Menjelaskan perbedaan antara Ragam baku dan ragam tidak baku?
4.         Menjelaskan perbedaan antara Ragam sosial dan ragam fungsional?
5.         Menjelaskan arti dari Bahasa Indonesia yang baik dan benar?







BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN RAGAM BAHASA INDONESIA
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
B.     RAGAM LISAN DAN RAGAM TULIS
Bahasa Indonesia yang amat luas wilayah pemakaiannya ini dan bermacam-macam pula latar belakang penuturnya, mau tidak mau akan melahirkan sejumlah ragam bahasa. Adanya bermacam-macam ragam bahasa ini sesuai dengan fungsi, kedudukan, serta lingkungan yang berbeda-beda. Ragam bahasa ini pada pokoknya dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu ragam lisan dan ragam tulis.
Tidak dapat kita mungkiri, bahasa Indonesia ragam lisan sangat berbeda dengan bahasa Indonesia ragam tulis. Ada pendapat yang mengatakan bahwa ragam tulis adalah mengalihkan ragam lisan ke dalam ragam tulis (huruf). Pendapat ini tidak dapat dibenarkan seratus persen sebab tidak semua ragam tulis dapat dilisankan. Kaidah yang berlaku bagi ragam lisan belum tentu berlaku bagi ragam tulis. Kedua ragam ini berbeda.
Perbedaan ragam lisan dan ragam tulis, adalah sebagai berikut:
1.         Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang berada di depan pembicara, sedangkan ragam tulis tidak harus ada teman bicara berada di depan. Di dalam ragam lisan unsur-unsur fungsi gramatikal, seperti subjek, predikat, dan objek tidak selalu dinyatakan. Unsur-unsur itu kadang-kadang dapat ditinggalkan. Hal ini disebabkan oleh bahasa yang digunakan dibantu oleh gerak, mimik, pandangan, atau anggukan.

Contoh :
Orang yang berbelanja di pasar.
“Bu, berapa cabenya?”
“Tiga puluh.”
“Bisa kurang?”
“Dua lima saja, Nak.”
Ragam tulis perlu lebih terang dan lebih lengkap daripada ragam lisan. Fungsi-fungsi gramatikal harus nyata karena ragam tulis tidak mengharuskan orang kedua berbeda di depan pembicara. Kelengkapan ragam tulis menghendaki agar orang yang diajak bicara mengerti isi tulisan itu. Contoh ragam tulis ialah tulisan-tulisan dalam buku, majalah, dan surat kabar.
2.         Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu, sedangkan ragam tulis tidak terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu. Apa yang dibicarakan secara lisan di dalam sebuah ruang kuliah, hanya akan berarti dan berlaku untuk waktu itu saja. Apa yang diperbicarakan dalam suatu ruang diskusi susastra belum tentu dapat dimengerti oleh orang yang berada di luar ruang itu. Ragam tulis tidak terikat oleh situasi, kondisi, ruang dan waktu. Ragam tulis tidak akan mengemukakan makna suatu tulisan dalam sebuah buku yang ditulis oleh seorang penulis di Indonesia dapat dipahami oleh orang yang berada di Amerika atau Inggris. Sebuah buku yang ditulis pada tahun 1985 akan dapat dipahami dan dibaca oleh semua orang yang hidup tahun 2010 dan seterusnya. Hal ini dimungkinkan oleh kelengkapan unsur-unsur dalam ragam tulis.
Contoh ragam lisan lainnya:
Seorang direktur berkata kepada sekretarisnya.
“kenapa dia, San.”
“Tahu, Tuan, miring kali.”
Kalau kita tidak berada dalam suasana itu, jelas kita tidak mengerti apa yang diperbincangkannya itu.

3.      Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara, sedangkan ragam tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar, dan huruf miring.
Berikut adalah perbedaannya :
No
Perbedaan
Ragam lisan
Ragam tulis
1
Memerlukan orang kedua/teman bicara
Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara.
2
Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu.
Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu.
3
Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
Harus memperhatikan unsur gramatikal.
4
Berlangsung cepat
Berlangsung lambat.
5
Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu
Selalu memakai alat bantu
6
Kesalahan dapat langsung dikoreksi
Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi
7
Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi
Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu dengan tanda baca.
8
Di pengaruhi oleh tinggi rendahnya suara.
Jelas struktur bahasanya, susunan kalimatnya juga jelas, dan runtut.
9

Mengemban konsep makna yang jelas.
10

Bersifat objektif.





Adapun perbandingan didasarkan atas perbedaan penggunaan bentuk, kosakata, dan struktur kalimat.
Perbedaan
Ragam lisan
Ragam tulisan
Penggunaan
Bentuk
kata
1.      Kendaraan yang ditumpanginya nabrak pohon mangga.
2.      Bila tak sanggup, tak perlu lanjutkan pekerjaan itu.
3.      Fotokopi ijazah harus dilegalisir dulu oleh pimpinan akademi.
1.      Kendaraan yang ditumpanginya menabrak pohon mangga.
2.      Apabila tidak sanggup, engkau tidak perlu melanjutkan pekerjaan itu.
3.      Fotokopi ijazah harus dilegalisasi dahulu oleh pimpinan akademik.
Penggunaan
Bentuk
kosakata
1.      Saya sudah kasih tau mereka tentang hal itu.
2.      Kakak lagi bikin denah buat pameran entar.
1.      Saya sudah memberi tahu mereka tentang hal itu.
2.      Kakak sedang membuat denah untuk pameran nanti.
Penggunaan
Struktur
kalimat
1.      Rencana ini saya sudah sampaikan kepada Direktur.
2.      PON ini untuk mencari bibit-bibit unggul dalam bidang olahraga.
1.      Rencana ini sudah saya sampaikan kepada Direktur.
2.      PON ini diselenggarakan untuk mencari bibit-bibit unggul dalam bidang olahraga.

C.     RAGAM BAKU DAN TIDAK BAKU
Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya. Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma-norma ragam baku.
Ragam baku mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1.         Kemantapan dinamis
Mantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa. Kalau kata rasa dibubuhi awalan pe-, akan terbentuk kata perasa. Kata  raba  dibubuhi awalan pe- akan terbentuk kata peraba. Oleh karena itu, menurut kemantapan bahasa, kata rajin dibubuhi pe- akan menjadi perajin bukan pengrajin. Kalau kita berpegang pada sifat mantap, kata pengrajin tidak dapat kita terima. Demikian juga bentuk-bentuk lepas tangan, lepas pantai dan lepas landas merupakan contoh kemantapan kaidah bahasa baku.
Dinamis artinya tidak statis, tidak baku tidak kaku. Bahasa baku tidak menghendaki adanya bentuk mati. Kata langganan mempunyai makna ganda, yaitu orang yang berlangganan dan toko tempat berlangganan hal ini, tokonya disebut langganan dan orang yang berlangganan itu disebut pelanggan.
2.      Cendekia
Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku dipakai pada tempat-tempat resmi. Perwujud ragam baku ini adalah orang-orang yang terpelajar. Hal ini dimungkinkan oleh pembinaan dan pengembangan bahasa lebih banyak melalui jalur pendidikan formal (sekolah).
Di samping itu, ragam baku dapat dengan tepat memberikan gambaran apa yang ada dalam otak pembicara atau penulis. Selanjutnya, ragam baku dapat memberi gambaran yang jelas dalam otak pendengar atau pembaca. Contoh kalimat yang tidak cendekia.
Petugas itu mendapat bagian sebanyak dua puluh tiga perdua puluh lima bagian dari saya.
Frase dua puluh tiga perdua puluh lima mengandung konsep ganda, yaitu 23/25 dan 20, 3/25. Dengan demikian, kalimat di atas tidak memberikan informasi yang jelas karena kalimat itu tidak cendekia, tidak pintar. Kalimat yang cendekia dapat memberikan informasi yang jelas.
3.      Seragam
Ragam baku bersifat seragam. Pada hakikatnya, proses pembakuan bahasa ialah proses penyeragaman bahasa. Dengan kata lain, pembakuan bahasa adalah pencarian titik-titik keseragaman. Pelayan pesawat diajurkan untuk memakai istilah pramugara dan pramugari. Andaikata ada orang yang mengusulkan bahwa pelayan pesawat disebut steward atau, stewardes dan penyerapan itu seragam, kata itu menjadi ragam baku. Akan tetapi kata steward dan stewardes sampai dengan saat ini tidak disepakati untuk dipakai. Yang timbul dalam masyarakat ialah pramugara dan pramugari.
D.    RAGAM SOSIAL DAN RAGAM FUNGSIONAL
Baik ragam lisan maupun ragam tulis bahasa Indonesia ditandai pula oleh adanya ragam sosial, yaitu ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat. Ragam bahasa yang digunakan dalam keluarga atau persahabatan dua orang yang akrab dapat merupakan ragam sosial tersendiri. Selain itu, ragam sosial tidak jarang dihubungkan dengan tinggi atau rendahnya status kemasyarakatan lingkungan sosial yang bersangkutan. Dalam hal ini, ragam baku nasional dapat pula berfungsi sebagai ragam sosial yang tinggi, sedangkan ragam baku daerah atau ragam sosial yang lain merupakan ragam sosial dengan nilai kemasyarakatan yang rendah.
Ragam fungsional, yang kadang-kadang disebut juga ragam profesional adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja atau kegiatan tertentu lainnya. Ragam fungsional juga dikaitkan dengan keresmian keadaan penggunaannya. Dalam kenyataan, ragam fungsional menjelma sebagai bahasa negara dan bahasa teknis keprofesian, seperti bahasa dalam lingkungan keilmuan/teknologi, kedokteran, dan keagamaan.
Perhatikan contoh-contoh berikut.
1.         Ragam keilmuan/Teknologi
Komputer adalah mesin pengolah informasi. Berjuta-juta fakta dan bagan yang berbeda dapat disimpan dalam komputer dan dapat dicari kembali apabila diperlukan.
Pada komputer kecil (yang disebut mikrokomputer) terdapat sebuah komponen elektronik yang dinamakan mikroprosesor. Komponen ini terbuat dari keping silikon yang berukuran tidak lebih besar daripada kuku jari kelingking.
2.         Ragam keilmuan/Ekonomi
Ilmu ekonomi makro mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian secara keseluruhan, meliputi produksi total barang dan jasa, ketenagakerjaan, suku bunga, laju inflasi, neraca pembayaran dan nilai kurs serta tingkat harga umum.
3.         Ragam Kedokteran
Kita mengenal dua macam diabetes, yaitu diabetes inspidus dan diabetes mellitus. Diabetes inspidus disebabkan oleh kekurangan hormon antidiuretik (antidiuretic hormone = ADH) yang diproduksi oleh kelenjar pituitaria yang berada di dasar otak sehingga kita diurine terus atau kencing saja. Pada diabetes mellitus yang kurang adalah hormon insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang berada di dalam hati. Dengan kurangnya zat insulin ini, metebolisme gula terganggu sehingga sebagian tidak bisa diubah menjadi bahan yang bisa dibakar untuk menghasilkan tenaga, atau perubahan tersebut tidak sempurna.
4.         Ragam keagamaan
Celaka besarlah bagi orang-orang yang curang, yaitu orang-orang yang apabila menerimatakaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka menguranginya.
E.     BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR
Bahasa yang baik tidak selamanya benar dan sebaliknya, bahasa yang benar belum tentu baik. Masing-masing bahasa yang baik dan benar memiliki batasan dan kaidah sendiri-sendiri.
Penentuan atau kriteria bahasa Indonesia yang baik dan benar itu tidak jauh berbeda dari apa yang kita katakan sebagai bahasa baku. Kebakuan suatu kata sudah menunjukkan masalah benar suatu kata itu. Walaupun demikian, masalah baik tentu tidak sampai pada sifat kebakuan suatu kalimat, tetapi sifat efektifnya suatu kalimat.
Pengertian benar pada suatu kata atau suatu kalimat adalah pandangan yang diarahkan dari segi kaidah bahasa. Sebuah kalimat atau sebuah pembentuk kata dianggap benar apabila bentuk itu mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku. Di bawah ini akan dipaparkan sebuah contoh.
Kuda makan rumput.
Kalimat ini benar karena mematuhi kaidah sebuah kalimat secara stuktural, yaitu ada subjek (kuda), ada predikat (makan), dan ada objek (rumput). Kalimat ini juga memenuhi kaidah sebuah kalimat dari segi makna, yaitu mendukung sebuah informasi yang dapat dimengerti oleh pembaca. Lain halnya kalimat yang di bawah ini.
Rumput makan kuda.
Kalimat ini benar menurut struktur karena ada subjek (rumput), ada predikat (makan), dan ada objek (kuda). Akan tetapi, dari segi makna, kalimat ini tidak benar karena tidak mendukung makna yang baik.
Sebuah bentuk kata dikatakan benar jika memperlihatkan proses pembentukan yang benar menurut kaidah yang berlaku. Kata aktifitas tidak benar penulisannya karena pemunculan kata itu tidak mengikuti kaidah penyerapan yang telah ditentukan. Pembentukan penyerapan yang benar ialah aktivitas karena diserap dari kata activity. Kata persuratan kabar dan pertanggungan jawab tidak benar karena tidak mengikuti kaidah yang berlaku. Yang benar menurut kaidah ialah kata persuratkabaran dan pertanggungjawaban.
Pengertian baik pada suatu kata (bentukan) atau kalimat adalah pandangan yang diarahkan dari pilihan kata (diksi). Dalam suatu pertemuan kita dapat memakai kata yang sesuai dengan pertemuan itu sehingga katakata yang keluar atau dituliskan itu tidak akan menimbulkan nilai rasa yang tidak pada tempatnya. Pemilihan kata yang akan dipergunakan dalam suatu untaian kalimat sngat berpengaruh terhadap makna kalimat yang dipaparkan itu. Pada suatu ketika kita menggunakan kata memerintahkan, meminta bantuan, memercayakan, dan sebagainya.
Sebagai kesimpulan, yang dimaksud dengan bahasa yang benar adalah bahasa yang mengandung kaidah yang benar, sedangkan yang dimaksud dengan bahasa yang baik adalah bahasa yang mempunyai nilai rasa yang tepat dan sesuai dengan situasi pemakaiannya.


BAB III
PENUTUP
A.    SIMPULAN
Dari pembahasan diatas kita dapat menyimpulkan :
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Ada beberapa jenis ragam bahasa yang masing-masing memiliki perbedaan. Ragam bahasa itu adalah ragam lisan dan tulisan, ragam baku dan ragam tidak baku, serta ragam sosial dan ragam fungsional. Adapun yang dimaksud dengan bahasa indonesia yang baik dan benar adalah bahasa yang mengandung kaidah yang benar, sedangkan yang dimaksud dengan bahasa yang baik adalah bahasa yang mempunyai nilai rasa yang tepat dan sesuai dengan situasi pemakaiannya.
B.     SARAN
Sebaiknya dalam kehdupan bermasyarakat kita harus menggunakan bahasa yang baik dan benar dimana bahasa tersebut mengandung kaidah yang benar serta mempunyai nilai rasa yang tepat dan sesuai dengan situasi pemakaiannya.






DAFTAR PUSTAKA
Syahruddin, Hasrianti Andi, dkk. 2011. Mari Berbahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar Untuk Mahasiswa Dan Umum. Makassar: CV. Permata Ilmu