MAKALAH
BAHASA INDONESIA
RAGAM BAHASA INDONESIA
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IV
A. MARWAH
DEWI SRIKANTI
WARDANIA
MUHAMMAD AKMAL
BIOLOGI
STKIP YAPIM MAROS
2016
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama
Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji
syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
RAGAM BAHASA INDONESIA ini.
Makalah ini telah kami
susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua
itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami
berharap semoga makalah ini mampu memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.
Makassar,
09 Oktober 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
1. DAFTAR
ISI......................................................................................................1
2. BAB
I (PENDAHULUAN)
A. LATAR
BELAKANG....................................................................................2
B. RUMUSAN
MASALAH................................................................................2
C. TUJUAN
PENULISAN..................................................................................2
3. BAB
II (PEMBAHASAN)
A. PENGERTIAN
RAGAM BAHASA INDONESIA.......................................3
B. RAGAM
LISAN DAN RAGAM TULIS.......................................................3
C. RAGAM
BAKU DAN RAGAM TIDAK BAKU..........................................6
D. RAGAM
SOSIAL DAN RAGAM FUNGSIONAL......................................7
E.
BAHASA YANG BAIK DAN
BENAR........................................................8
4. BAB
III (PENUTUP)
A. SIMPULAN..................................................................................................10
B. SARAN.........................................................................................................10
5. DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi
sehari-hari. Bahkan di Indonesia sendiri masih ada beberapa bahasa daerah yang
digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari. Namun jika semua orang menggunakan
bahasa daerah masing-masing maka akan sangat sulit melakukan komunikasi.
Sehingga bahasa Indonesia digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari.
Namun masih banyak orang yang menggunakan bahasa Indonesia tidak sesuai
dengan aturan EYD yang ada. Sehingga masih banyak yang menggunakan bahasa
Indonesia dengan kurang tepan baik dalam penulisan maupun lisan.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Jelaskan pengertian dari Ragam Bahasa Indonesia?
2.
Jelaskan perbedaan antara Ragam lisan dan Ragam tulis?
3.
Jelaskan perbedaan antara Ragam baku dan ragam tidak
baku?
4.
Jelaskan perbedaan antara Ragam sosial dan ragam
fungsional?
5.
Jelaskan arti dari Bahasa Indonesia yang baik dan
benar?
C.
TUJUAN PENULISAN
1.
Menjelaskan pengertian dari Ragam Bahasa Indonesia?
2.
Menjelaskan perbedaan antara Ragam lisan dan Ragam
tulis?
3.
Menjelaskan perbedaan antara Ragam baku dan ragam tidak
baku?
4.
Menjelaskan perbedaan antara Ragam sosial dan ragam
fungsional?
5.
Menjelaskan arti dari Bahasa Indonesia yang baik dan
benar?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN RAGAM BAHASA INDONESIA
Ragam Bahasa
adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang
dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan,
serta menurut medium pembicara. Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap
sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di
kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan),
di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat
dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
B.
RAGAM LISAN DAN RAGAM TULIS
Bahasa Indonesia
yang amat luas wilayah pemakaiannya ini dan bermacam-macam pula latar belakang
penuturnya, mau tidak mau akan melahirkan sejumlah ragam bahasa. Adanya
bermacam-macam ragam bahasa ini sesuai dengan fungsi, kedudukan, serta
lingkungan yang berbeda-beda. Ragam bahasa ini pada pokoknya dapat dibagi dalam
dua bagian, yaitu ragam lisan dan ragam tulis.
Tidak dapat
kita mungkiri, bahasa Indonesia ragam lisan sangat berbeda dengan bahasa
Indonesia ragam tulis. Ada pendapat yang mengatakan bahwa ragam tulis adalah
mengalihkan ragam lisan ke dalam ragam tulis (huruf). Pendapat ini tidak dapat
dibenarkan seratus persen sebab tidak semua ragam tulis dapat dilisankan.
Kaidah yang berlaku bagi ragam lisan belum tentu berlaku bagi ragam tulis.
Kedua ragam ini berbeda.
Perbedaan
ragam lisan dan ragam tulis, adalah sebagai berikut:
1.
Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman
berbicara yang berada di depan pembicara, sedangkan ragam tulis tidak harus ada
teman bicara berada di depan. Di dalam ragam lisan unsur-unsur fungsi
gramatikal, seperti subjek, predikat, dan objek tidak selalu dinyatakan.
Unsur-unsur itu kadang-kadang dapat ditinggalkan. Hal ini disebabkan oleh
bahasa yang digunakan dibantu oleh gerak, mimik, pandangan, atau anggukan.
Contoh :
Orang yang berbelanja di pasar.
“Bu, berapa cabenya?”
“Tiga puluh.”
“Bisa kurang?”
“Dua lima saja, Nak.”
Ragam tulis
perlu lebih terang dan lebih lengkap daripada ragam lisan. Fungsi-fungsi
gramatikal harus nyata karena ragam tulis tidak mengharuskan orang kedua berbeda
di depan pembicara. Kelengkapan ragam tulis menghendaki agar orang yang diajak
bicara mengerti isi tulisan itu. Contoh ragam tulis ialah tulisan-tulisan dalam
buku, majalah, dan surat kabar.
2.
Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi,
ruang dan waktu, sedangkan ragam tulis tidak terikat pada kondisi, situasi,
ruang dan waktu. Apa yang dibicarakan secara lisan di dalam sebuah ruang
kuliah, hanya akan berarti dan berlaku untuk waktu itu saja. Apa yang
diperbicarakan dalam suatu ruang diskusi susastra belum tentu dapat dimengerti oleh
orang yang berada di luar ruang itu. Ragam tulis tidak terikat oleh situasi,
kondisi, ruang dan waktu. Ragam tulis tidak akan mengemukakan makna suatu
tulisan dalam sebuah buku yang ditulis oleh seorang penulis di Indonesia dapat
dipahami oleh orang yang berada di Amerika atau Inggris. Sebuah buku yang
ditulis pada tahun 1985 akan dapat dipahami dan dibaca oleh semua orang yang
hidup tahun 2010 dan seterusnya. Hal ini dimungkinkan oleh kelengkapan
unsur-unsur dalam ragam tulis.
Contoh ragam
lisan lainnya:
Seorang direktur berkata kepada sekretarisnya.
“kenapa dia,
San.”
“Tahu, Tuan,
miring kali.”
Kalau kita
tidak berada dalam suasana itu, jelas kita tidak mengerti apa yang
diperbincangkannya itu.
3.
Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan
panjang pendeknya suara, sedangkan ragam tulis dilengkapi dengan tanda baca,
huruf besar, dan huruf miring.
Berikut adalah perbedaannya :
No
|
Perbedaan
|
|
Ragam
lisan
|
Ragam
tulis
|
|
1
|
Memerlukan orang kedua/teman bicara
|
Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara.
|
2
|
Tergantung situasi, kondisi, ruang
& waktu.
|
Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta
waktu.
|
3
|
Tidak harus memperhatikan unsur
gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
|
Harus memperhatikan unsur gramatikal.
|
4
|
Berlangsung
cepat
|
Berlangsung lambat.
|
5
|
Sering
dapat berlangsung tanpa alat bantu
|
Selalu
memakai alat bantu
|
6
|
Kesalahan
dapat langsung dikoreksi
|
Kesalahan
tidak dapat langsung dikoreksi
|
7
|
Dapat
dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi
|
Tidak
dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu dengan tanda
baca.
|
8
|
Di pengaruhi oleh tinggi rendahnya suara.
|
Jelas
struktur bahasanya, susunan kalimatnya juga jelas, dan runtut.
|
9
|
Mengemban
konsep makna yang jelas.
|
|
10
|
Bersifat
objektif.
|
Adapun
perbandingan didasarkan atas perbedaan penggunaan bentuk, kosakata, dan
struktur kalimat.
Perbedaan
|
Ragam
lisan
|
Ragam
tulisan
|
Penggunaan
Bentuk
kata
|
1. Kendaraan
yang ditumpanginya nabrak pohon
mangga.
2. Bila tak
sanggup, tak perlu lanjutkan pekerjaan itu.
3. Fotokopi
ijazah harus dilegalisir dulu oleh
pimpinan akademi.
|
1. Kendaraan
yang ditumpanginya menabrak pohon
mangga.
2. Apabila tidak
sanggup, engkau tidak perlu melanjutkan pekerjaan itu.
3. Fotokopi
ijazah harus dilegalisasi dahulu
oleh pimpinan akademik.
|
Penggunaan
Bentuk
kosakata
|
1. Saya
sudah kasih tau mereka tentang hal
itu.
2. Kakak
lagi bikin denah buat pameran entar.
|
1. Saya
sudah memberi tahu mereka tentang
hal itu.
2. Kakak
sedang membuat denah untuk pameran nanti.
|
Penggunaan
Struktur
kalimat
|
1. Rencana
ini saya sudah sampaikan kepada Direktur.
2. PON
ini untuk mencari bibit-bibit unggul dalam bidang olahraga.
|
1. Rencana
ini sudah saya sampaikan kepada
Direktur.
2. PON
ini diselenggarakan untuk mencari bibit-bibit unggul dalam bidang olahraga.
|
C. RAGAM
BAKU DAN TIDAK BAKU
Ragam
baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga
masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma
bahasa dalam penggunaannya. Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak
dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma-norma ragam
baku.
Ragam
baku mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1.
Kemantapan dinamis
Mantap
artinya sesuai dengan kaidah bahasa. Kalau kata rasa dibubuhi awalan pe-, akan terbentuk kata perasa. Kata raba dibubuhi awalan pe- akan terbentuk kata peraba.
Oleh karena itu, menurut kemantapan bahasa, kata rajin dibubuhi pe- akan
menjadi perajin bukan pengrajin. Kalau kita berpegang pada
sifat mantap, kata pengrajin tidak
dapat kita terima. Demikian juga bentuk-bentuk lepas tangan, lepas pantai dan lepas
landas merupakan contoh kemantapan kaidah bahasa baku.
Dinamis
artinya tidak statis, tidak baku tidak kaku. Bahasa baku tidak menghendaki
adanya bentuk mati. Kata langganan mempunyai
makna ganda, yaitu orang yang berlangganan dan toko tempat berlangganan hal
ini, tokonya disebut langganan dan
orang yang berlangganan itu disebut pelanggan.
2. Cendekia
Ragam
baku bersifat cendekia karena ragam baku dipakai pada tempat-tempat resmi. Perwujud
ragam baku ini adalah orang-orang yang terpelajar. Hal ini dimungkinkan oleh
pembinaan dan pengembangan bahasa lebih banyak melalui jalur pendidikan formal
(sekolah).
Di
samping itu, ragam baku dapat dengan tepat memberikan gambaran apa yang ada dalam
otak pembicara atau penulis. Selanjutnya, ragam baku dapat memberi gambaran
yang jelas dalam otak pendengar atau pembaca. Contoh kalimat yang tidak
cendekia.
Petugas
itu mendapat bagian sebanyak dua puluh
tiga perdua puluh lima bagian dari saya.
Frase
dua puluh tiga perdua puluh lima mengandung
konsep ganda, yaitu 23/25 dan 20, 3/25. Dengan demikian, kalimat di atas tidak memberikan
informasi yang jelas karena kalimat itu tidak cendekia, tidak pintar. Kalimat
yang cendekia dapat memberikan informasi yang jelas.
3. Seragam
Ragam
baku bersifat seragam. Pada hakikatnya, proses pembakuan bahasa ialah proses
penyeragaman bahasa. Dengan kata lain, pembakuan bahasa adalah pencarian
titik-titik keseragaman. Pelayan pesawat diajurkan untuk memakai istilah pramugara dan pramugari. Andaikata ada orang yang mengusulkan bahwa pelayan
pesawat disebut steward atau, stewardes dan penyerapan itu seragam,
kata itu menjadi ragam baku. Akan tetapi kata steward dan stewardes sampai
dengan saat ini tidak disepakati untuk dipakai. Yang timbul dalam masyarakat
ialah pramugara dan pramugari.
D. RAGAM
SOSIAL DAN RAGAM FUNGSIONAL
Baik
ragam lisan maupun ragam tulis bahasa Indonesia ditandai pula oleh adanya ragam
sosial, yaitu ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan atas
kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat.
Ragam bahasa yang digunakan dalam keluarga atau persahabatan dua orang yang
akrab dapat merupakan ragam sosial tersendiri. Selain itu, ragam sosial tidak
jarang dihubungkan dengan tinggi atau rendahnya status kemasyarakatan
lingkungan sosial yang bersangkutan. Dalam hal ini, ragam baku nasional dapat
pula berfungsi sebagai ragam sosial yang tinggi, sedangkan ragam baku daerah
atau ragam sosial yang lain merupakan ragam sosial dengan nilai kemasyarakatan
yang rendah.
Ragam
fungsional, yang kadang-kadang disebut juga ragam profesional adalah ragam
bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja atau kegiatan
tertentu lainnya. Ragam fungsional juga dikaitkan dengan keresmian keadaan
penggunaannya. Dalam kenyataan, ragam fungsional menjelma sebagai bahasa negara
dan bahasa teknis keprofesian, seperti bahasa dalam lingkungan
keilmuan/teknologi, kedokteran, dan keagamaan.
Perhatikan
contoh-contoh berikut.
1.
Ragam keilmuan/Teknologi
Komputer
adalah mesin pengolah informasi. Berjuta-juta fakta dan bagan yang berbeda
dapat disimpan dalam komputer dan dapat dicari kembali apabila diperlukan.
Pada
komputer kecil (yang disebut mikrokomputer) terdapat sebuah komponen elektronik
yang dinamakan mikroprosesor. Komponen ini terbuat dari keping silikon yang
berukuran tidak lebih besar daripada kuku jari kelingking.
2.
Ragam keilmuan/Ekonomi
Ilmu
ekonomi makro mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian secara keseluruhan,
meliputi produksi total barang dan jasa, ketenagakerjaan, suku bunga, laju
inflasi, neraca pembayaran dan nilai kurs serta tingkat harga umum.
3.
Ragam Kedokteran
Kita
mengenal dua macam diabetes, yaitu diabetes inspidus dan diabetes mellitus.
Diabetes inspidus disebabkan oleh kekurangan hormon antidiuretik (antidiuretic hormone = ADH) yang
diproduksi oleh kelenjar pituitaria yang berada di dasar otak sehingga kita
diurine terus atau kencing saja. Pada diabetes mellitus yang kurang adalah
hormon insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang berada di dalam
hati. Dengan kurangnya zat insulin ini, metebolisme gula terganggu sehingga
sebagian tidak bisa diubah menjadi bahan yang bisa dibakar untuk menghasilkan
tenaga, atau perubahan tersebut tidak sempurna.
4.
Ragam keagamaan
Celaka
besarlah bagi orang-orang yang curang, yaitu orang-orang yang apabila
menerimatakaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka
menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka menguranginya.
E. BAHASA
INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR
Bahasa
yang baik tidak selamanya benar dan sebaliknya, bahasa yang benar belum tentu
baik. Masing-masing bahasa yang baik dan benar memiliki batasan dan kaidah
sendiri-sendiri.
Penentuan
atau kriteria bahasa Indonesia yang baik dan benar itu tidak jauh berbeda dari
apa yang kita katakan sebagai bahasa baku. Kebakuan suatu kata sudah
menunjukkan masalah benar suatu kata itu. Walaupun demikian, masalah baik tentu
tidak sampai pada sifat kebakuan suatu kalimat, tetapi sifat efektifnya suatu
kalimat.
Pengertian
benar pada suatu kata atau suatu kalimat adalah pandangan yang diarahkan dari
segi kaidah bahasa. Sebuah kalimat atau sebuah pembentuk kata dianggap benar
apabila bentuk itu mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku. Di bawah ini akan
dipaparkan sebuah contoh.
Kuda makan rumput.
Kalimat
ini benar karena mematuhi kaidah sebuah kalimat secara stuktural, yaitu ada subjek (kuda), ada predikat (makan), dan ada objek
(rumput). Kalimat ini juga memenuhi kaidah sebuah kalimat dari segi makna,
yaitu mendukung sebuah informasi yang dapat dimengerti oleh pembaca. Lain
halnya kalimat yang di bawah ini.
Rumput makan kuda.
Kalimat
ini benar menurut struktur karena ada subjek
(rumput), ada predikat (makan),
dan ada objek (kuda). Akan tetapi,
dari segi makna, kalimat ini tidak benar karena tidak mendukung makna yang
baik.
Sebuah
bentuk kata dikatakan benar jika memperlihatkan proses pembentukan yang benar
menurut kaidah yang berlaku. Kata aktifitas
tidak benar penulisannya karena pemunculan kata itu tidak mengikuti kaidah
penyerapan yang telah ditentukan. Pembentukan penyerapan yang benar ialah aktivitas karena diserap dari kata activity. Kata persuratan kabar dan pertanggungan
jawab tidak benar karena tidak mengikuti kaidah yang berlaku. Yang benar
menurut kaidah ialah kata persuratkabaran
dan pertanggungjawaban.
Pengertian
baik pada suatu kata (bentukan) atau kalimat adalah pandangan yang diarahkan
dari pilihan kata (diksi). Dalam suatu pertemuan kita dapat memakai kata yang
sesuai dengan pertemuan itu sehingga katakata yang keluar atau dituliskan itu
tidak akan menimbulkan nilai rasa yang tidak pada tempatnya. Pemilihan kata
yang akan dipergunakan dalam suatu untaian kalimat sngat berpengaruh terhadap
makna kalimat yang dipaparkan itu. Pada suatu ketika kita menggunakan kata memerintahkan, meminta bantuan, memercayakan,
dan sebagainya.
Sebagai
kesimpulan, yang dimaksud dengan bahasa yang benar adalah bahasa yang
mengandung kaidah yang benar, sedangkan yang dimaksud dengan bahasa yang baik
adalah bahasa yang mempunyai nilai rasa yang tepat dan sesuai dengan situasi pemakaiannya.
BAB
III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Dari
pembahasan diatas kita dapat menyimpulkan :
Ragam Bahasa
adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang
dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan,
serta menurut medium pembicara. Ada beberapa jenis ragam bahasa yang
masing-masing memiliki perbedaan. Ragam bahasa itu adalah ragam lisan dan
tulisan, ragam baku dan ragam tidak baku, serta ragam sosial dan ragam
fungsional. Adapun yang dimaksud dengan bahasa indonesia yang baik dan benar
adalah bahasa
yang mengandung kaidah yang benar, sedangkan yang dimaksud dengan bahasa yang
baik adalah bahasa yang mempunyai nilai rasa yang tepat dan sesuai dengan
situasi pemakaiannya.
B. SARAN
Sebaiknya
dalam kehdupan bermasyarakat kita harus menggunakan bahasa yang baik dan benar
dimana bahasa tersebut mengandung kaidah yang benar serta mempunyai nilai rasa
yang tepat dan sesuai dengan situasi pemakaiannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Syahruddin,
Hasrianti Andi, dkk. 2011. Mari Berbahasa
Indonesia Yang Baik Dan Benar Untuk Mahasiswa Dan Umum. Makassar: CV.
Permata Ilmu